TELA'AH MASALAH DEMI MASLAHAH

AGAR KEBENARAN TAK SEMU DI HATI

APABILA AJAL TIBA

Posted by Fayyadh Albandy on 22 April 2010

Oleh : Fayyadh Albandy

“Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya. Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari terlaksananya ancaman. Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat penggiring dan seorang malaikat penyaksi.” (QS. Qaaf: 19-21)

Kematian, bagi kebanyakan manusia adalah suatu hal yang misterius. Sesuatu yang menjadi momok yang selalu ditakuti kedatangannya. Kematian adalah sesuatu yang kebanyakan manusia ‘merinding’ bila mendengarnya. Banyak di antara manusia dengan takutnya menghindari pembicaraan-pembicaraan yang menyangkut dengan kematian, bahkan tak sedikit pula yang berusaha merancang berbagai hal agar terhindar dari kematian ini.

Padahal, sebesar dan sekuat apapun yang orang lakukan untuk menghindarinya, sekali-kali tidak akan luput kematian dari dirinya sedetikpun, kemanapun dia sembunyi. Allah SWT telah menegaskan dalam firman-Nya, Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh” (QS. An-Nisa’: 78)

Selayaknya yang harus dilakukan manusia, terutama seorang Muslim dalam menghadapi kematian adalah dengan mempersiapkan bekal dan amal. Bukan malah menghindarinya, karena hal ini mustahil bagi kita. Allah SWT berfirman, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Al-Imron: 185)

Mengingat Kematian

Sesungguhnya jiwa manusia adalah jiwa yang lemah, terutama jiwa yang tidak pernah disirami dengan mengingat kehidupan akhirat. Orang yang tenggelam dalam kehidupan dunia dan terpedaya olehnya, tentu hatinya lalai mengingat kematian. Jika di ingatkan tentang mati, maka dia merasa tidak suka dan menghindar.

Namun, bagi jiwa yang bersih akan senantiasa mengingat kematian untuk kehidupan akhirat. Bukan mengingat kematian lalu menyayangkan terhadap keduniaan yang belum diraihnya, lalu sibuk mencerca mati. Ingatannya tentang kematian hanya membuatnya semakin jauh dari Allah, bukan mendekatkan diri kepada-Nya.

Rasulullah SAW bersabda, “Perbanyaklah mengingat perusak kelezatan-kelezatan (dunia), yaitu mati.” (HR. Tirmidzi). Beliau bersabda juga dalam hadits dari Ibnu Umar RA, bahwa Nabi SAW pernah ditanya, “Siapakah orang yang paling perkasa itu?” Beliau menjawab, “Ialah seseorang di antara mereka yang lebih banyak mengingat mati dan yang lebih keras dalam mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Mereka yang seperti inilah orang-orang yang paling perkasa.” (HR. Ibnu Majah).

Hamid Al-Qushairy berkata, “Setiap orang di antara kita yakin akan datangnya kematian, sementara kita tidak melihat seseorang bersiap-siap menghadapi kematian itu. Setiap orang di antara kita yakin akan adanya surga, sementara kita tidak melihat ada yang berbuat agar bisa masuk surga. Setiap orang di antara kita yakin adanya neraka, sementara kita tidak melihat orang yang takut terhadap neraka. Untuk apa kalian bersenang-senang? Apa yang sedang kalian tunggu? Tiada lain adalah kematian. Kalian akan mendatangi Allah dengan membawa kebaikan ataukah keburukan. Maka hampirilah Allah dengan cara yang baik.” (MMQ, Ibnu Qudamah, hal. 490)

Penghalang Dari Mengingat Kematian

Seseorang akan semakin lalai dari mengingat kematian dengan dua faktor:

  1. 1. Cinta kepada dunia. Jika manusia telah terbelenggu dengan kecintaan terhadap dunia dan yang menghiasinya, maka hatinya akan terasa berat untuk berpisah dengannya, sehingga di dalam hatinya sedikitpun tak akan terlintas tentang kematian.

Andaikata di dalam hatinya sesekali melintas pikiran tentang kematian dan perlu bersiap-siap menghadapinya, tentu dia akan bersikap waspada dan berbekal diri. Namun, dia hanya berkata, “Raihlah duniamu hingga dewasa, setelah itu engkau bertaubat.” Setelah dewasa tiba dia berkata, “Tunggulah hingga usahamu sukses, mumpung kamu belum tua, setelah tua engkau bertaubat.” Dia menunda-nunda dan terus menunda hingga ajal menjemput tanpa disadarinya, dan saat itulah dia akan merasakan penyesalan yang mendalam.

  1. 2. Kebodohan. Hal ini terjadi karena manusia tidak mempergunakan masa mudanya, menganggap kematian masih lama datangnya karena dia masih muda. Apakah pemuda semacam ini tidak berpikir hakikat kematian yang tak kenal masa dan usia? Balita, pemuda, dewasa, orang tua dan segala usia tak luput dari kematian bila ajal telah tiba.

Banyak yang tertipu oleh kesehatannya dan tidak tahu bahwa kematian bisa menghampirinya secara tiba-tiba, sekalipun dia menganggap kematian itu masih lama. Andaikata seseorang mau berpikir dan menyadari bahwa kematian itu tidak mempunyai waktu yang terbatas, entah musim dingin, panas, gugur, atau semi, siang atau malam, muda, atau tua, tentu dia akan menganggap serius urusan kematian ini dan tentu dia akan bersiap-siap untuk menyongsongnya.

Mari Berbekal Mulai Sekarang

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah menerima taubat hamba selagi dia belum sekarat.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, Ibnu Hibban, dan Al-Baghawy). Maka, selagi kita masih dapat berpikir, masih dapat berbuat, masih bisa bertaubat, mulailah kita membenahi diri, meniggalkan segala larangan Allah dan Rasul-Nya, dan menjalankan semua perintah-Nya dan sunnah Rasul-Nya.

Bekalilah diri kalian dengan amal sholeh dan kebajikan, tingkatkan lagi ketaqwaan kalian, karenanya adalah sebaik-baik bekal. “Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197). Oleh karenanya, tak ada lagi waktu dan alasan untuk menunda, bertaubatlah dan berbekallah mulai sekarang juga. Wallahul musta’an.

Leave a comment