TELA'AH MASALAH DEMI MASLAHAH

AGAR KEBENARAN TAK SEMU DI HATI

PERANG BANI QURAIZHAH

Posted by Fayyadh Albandy on 1 August 2010

Pertempuran sengit antara kaum muslimin melawan koalisi pasukan kafir Quraisy telah selesai, yang pada akhirnya kemenangan berada di tangan umat Islam. Akan tetapi permasalahan yang dihadapi Rasulullah r dan para sahabatnya belum selesai sampai di sini.

Tatkala Perang Ahzab terjadi, komunitas Yahudi Bani Quraizhah, yang seharusnya membela dan mempertahankan kota Madinah dari serangan pasukan Ahzab (koalisi kafir) bersama-sama kaum Muslim, malah berbalik membantu musuh.

Allah U berkehendak lain, pasukan Ahzab yang telah mengepung kota Madinah pada akhirnya tercerai-berai disapu hujan dan angin dingin. Persekutuan mereka berantakan akibat rumor yang secara sengaja ditiupkan oleh Nu‘aim bin Mas‘ud (yang baru masuk Islam waktu itu). Pasukan koalisi kembali ke negeri mereka masing-masing, tinggal Yahudi Bani Quraizhah yang berharap-harap cemas atas nasibnya, karena mereka tinggal tidak jauh dari Madinah. Persekongkolan mereka dalam bentuk pelanggaran perjanjian dengan Rasulullah r telah terbongkar. Mereka telah mencampakkan Watsîqah (Piagam) Madinah, yang mengharuskan mereka untuk tidak bersekutu dan membantu musuh dari kaum Muslim.

Rasulullah r dan kaum Muslim kembali ke Madinah, lalu meletakkan persenjataan mereka. Akan tetapi, pada waktu zuhur, Malaikat Jibril datang kepada Rasulullah r dan berkata, “Hai Muhammad, sesungguhnya Allah U menyuruhmu berangkat menuju Bani Quraizhah. Aku juga akan pergi untuk mengguncang mereka.”

Maka, Rasulullah r memerintahkan seorang mu’adzin agar berseru kepada orang-orang, “Siapa yang tunduk dan patuh, maka janganlah sekali-kali mendirikan shalat ashar kecuali di Bani Quraizhah.”

Beliau pergi di tengah prosesi Muhajirin dan Anshar, hingga tiba di salah satu pangkalan air milik Bani Quraizhah, yang disebut Bi’r Anna. Orang-orang Muslim melaksanakan apa yang diperintahkan Rasulullah r Secara berkelompok-berkelompok mereka berangkat menuju Bani Quraizhah.

Saat tiba waktu shalat ashar, sebagian dari mereka berkata, “Kami tidak mendirikan shalat ashar kecuali setelah tiba di Bani Quraizhah, seperti yang diperintahkan kepada kami.” Hingga ada sebagian mereka yang shalat ashar ketika sudah masuk waktu isya’. Sebagian yang lain sudah mendirikan shalat ashar di tengah perjalanan ketika waktu ashar telah tiba. Mereka memahami perintah Rasulullah r adalah sebagai anjuran untuk mempercepat perjalanan. Akan tetapi keduanya ini tidak menjadi permasalahan.

Pasukan yang baru kembali dari medan Perang Khandaq segera berangkat menuju perkampungan Bani Quraizhah. Rasulullah r melakukan pengepungan terhadap Bani Quraizhah selama 25 malam hingga mereka menderita. Allah U memasukkan ketakutan ke dalam hati mereka.

Tatkala Bani Quraizhah yakin bahwa Rasulullah r tidak akan meninggalkan pengepungannya sampai mengalahkan mereka, maka Ka‘ab bin Asad berkata kepada kaumnya, “Hai orang-orang Yahudi, kalian telah merasakan penderitaan sebagaimana yang kalian alami. Oleh karena itu, aku mengajukan tiga buah penawaran kepada kalian. Silakan kalian ambil pilihan tersebut sebagaimana yang diinginkan.”

Mereka menjawab, “Apa gerangan tiga buah penawaran tersebut?”

Ka‘ab bin Asad berkata, “Ketiga tawaran itu adalah, kita mengikuti Muhammad dan membenarkannya. Demi Allah, sungguh sudah amat jelas di hadapan kalian bahwa dia itu adalah Rasul, dan kalian mendapati namanya tertulis di dalam kitab kalian. Dengan begitu, kalian akan memperoleh keamanan atas darah, kekayaan, anak-anak dan wanita-wanita kalian.”

Mereka menukas, “Kita tidak akan meninggalkan kitab Taurat selama-lamanya dan tidak akan menggantinya dengan kitab yang lain.”

Ka‘ab bin Asad berkata lagi, “Apabila kalian menolak tawaran pertama, mari kita bunuh anak-anak dan wanita-wanita kita, kemudian kaum laki-laki kita keluar menghadapi Muhammad dan para sahabatnya dengan membawa persenjataan lengkap tanpa meninggalkan beban berat (yakni anak-anak dan kaum wanita) di rumah hingga Allah menyelesaikan perkara kita dengan mereka. Jika kita terbunuh, kita terbunuh tanpa meninggalkan keturunan di rumah yang kita khawatirkan keselamatannya. Jika kita meraih kemenangan, aku bersumpah bahwa kita akan memperoleh wanita dan anak-anak lagi.”

Mereka bertanya, “Apa memang kita harus membunuh anak-anak dan kaum wanita yang mestinya kita kasihani? Apa artinya kehidupan yang nikmat tanpa kehadiran mereka?”

Ka‘ab bin Asad berkata, “Apabila kalian tidak mau juga menerima tawaran yang kedua, malam ini adalah malam Sabtu, mudah-mudahan Muhammad dan para sahabatnya memberikan keamanan kepada kita. Lalu turunlah kalian dari benteng-benteng, semoga kita memperoleh kesempatan atas lengahnya Muhammad dan para sahabatnya, kemudian kita serang mereka secara tiba-tiba.”

Mereka berkata, “Kalau begitu, kita merusak (kesucian) hari Sabtu dan mengerjakan suatu perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh orang-orang sebelum kita, kecuali orang yang telah engkau ketahui, kemudian ia tertimpa musibah yang engkau ketahui, yaitu kebinasaan.”

Ka‘ab bin Asad berkata, “Sungguh, tidak ada seorang pun dari kalian yang bersungguh-sungguh di dalam satu malam pun sejak ia dilahirkan ibunya.”

Negosiasi antara Bani Quraizhah dan Rasulullah r berlangsung singkat. Kedua belah pihak akhirnya sepakat untuk menyerahkan urusan (nasib) Yahudi Bani Quraizhah kepada Sa‘ad bin Mu‘adz. Saat itu kondisi Sa‘ad bin Mu‘adz terluka parah akibat terkena panah pada Perang Khandaq.

Kaum Muslim pergi menuju Sa‘ad bin Mu‘adz dan berkata, “Wahai Abu Amr, sesungguhnya Rasulullah r telah mengangkatmu untuk memutuskan perkara-perkara yang menyangkut keluargamu.”

Sa‘ad berkata, “Terhadap persoalan tersebut kalian harus konsisten dengan janji Allah, bahwa hukum terhadap mereka adalah sesuai dengan hukum yang aku putuskan.”

Mereka menjawab, “Ya.”

Sa‘ad bin Mu‘adz berkata lagi, “Kalian juga harus konsisten terhadap orang yang ada di sini.”

Ia berkata sambil menunjuk ke tempat Rasulullah r Hal ini merupakan bentuk penghormatannya kepada beliau. Rasulullah r menjawab, “Ya.”

Sa‘ad berkata, “Mengenai Bani Quraizhah, aku memutuskan bahwa kaum lelaki mereka harus dibunuh, harta kekayaan mereka dibagi-bagi, anak-anak dan kaum wanitanya menjadi tawanan (sabiy).”

Mendengar hal itu, Rasulullah r bersabda (yang artinya), “Sungguh, engkau telah memutuskan perkara mereka dengan hukum Allah dari atas tujuh lapis langit.”

Setelah itu, orang-orang Yahudi Bani Quraizhah diperintahkan untuk keluar dari bentengnya. Kemudian Rasulullah r menahan mereka di Madinah, di rumah putri al-Harits, salah seorang wanita dari Bani an-Najjar. Rasulullah r pergi ke pasar Madinah, kemudian menggali parit di sana. Beliau memerintahkan orang-orang Yahudi Bani Quraizhah untuk dibawa ke parit tersebut kelompok demi kelompok, termasuk Ka‘ab bin Asad tokoh Bani Quraidhah, bersama-sama dengan 600 atau 700 orang Bani Quraizhah. Ada yang mengatakan jumlah mereka 800, bahkan 900 orang. Mereka seluruhnya dipenggal dan dikuburkan di dalam parit itu.

MANUVER-MANUVER MILITER SETELAH PERANG BANI QURAIZHAH

Terbunuhnya Sallam bin Abul-Huqaiq

Sallam bin Abul-Huqaiq yang juga biasa dipanggil Abu Rafi’ termasuk tokoh penjahat Yahudi yang mendorong pembentukan pasukan Ahzab untuk memerangi kaum Muslimin, juga mendukung mereka dengan bantuan harta dan pasokan bahan makanan. Setelah orang-orang Muslim selesai mengangani urusan Bani Quraizhah, orang-orang Khazraj meminta izin kepada Rasulullah r untuk membunuh Abu Rafi’. Karena sebelumnya orang-orang Aus lah yang mendapatkan kehormatan dengan membunuh Ka’ab bin Al-Asyraf. Begitulah orang-orang Khazraj yang juga ingin mendapatkan kehormatan dengan membunuh Abu Rafi’.

Rasulullah r mengizinkan permintaan mereka dan melarang membunuh wanita dan anak-anak. Maka ada lima orang di antara mereka yang semuanya berasal dari Bani Salamah dari Bani Khazraj, di bawah pimpinan Abdullah bin Atik.

Singkat cerita, lima orang tersebut berangkat menuju benteng persembunyian Abu Rafi’ di Khaibar. Kemudian Abdullah bin Atik berhasil menyelinap masuk benteng sampai ke kediaman Abu Rafi’, hingga Abdullah berhasil menebas Abu Rafi’ dengan pedangnya sampai mati. Ini berdasarkan riwayat dari Bukhari.

Sedangkan menurut riwayat Ibnu Ishaq disebutkan bahwa mereka berlima masuk ke tempat tinggal Abu Rafi’ dan secara bersama-sama menyerangnya, adapun yang membunuhnya adalah Abdullah bin Unais.

Peristiwa ini terjadi pada bulan Dzul-Qa’idah atau Dzul-Hijjah 5 H. Seusai perang Ahzab dan Bani Quraizhah dan membungkam para penjahat perang, beliau mengerahkan satuan-satuan pasukan untuk memberi pelajaran kepada beberapa kabilah dan Arab badui, yang selama itu selalu mengganggu keamanan. Untuk itu beliau perlu menghadapi mereka dengan kekuatan militer.

Satuan Pasukan Di Bawah Komando Muhammad bin Maslamah

Ini merupakan satuan pasukan yang dikirim pertama kali setelah perang Ahzab dan Bani Quraizhah. Jumlahnya ada tiga puluh orang yang menunggang kendaraan.

Satuan ini bergerak ke arah Al-Quratha’ di bilangan Dhariyah di Najd. Jarak antara Dhariyah dan Madinah bisa ditempuh selama tujuh hari. Mereka pergi selama sepuluh hari dan tiba di perkampungan Bani Bakr bin Kilab. Saat satuan pasukan Muslimin ini menyerbu tempat itu, mereka pun melarikan diri, sehingga orang-orang Muslim mendapatkan rampasan berupa bitnatang ternak yang cukup banyak.

Mereka tiba di Madinah, dengan menawan Tsumamah bin Utsal Al-Hanafiy, pemimpin Bani Hanifah. Sebelum itu dia pernah menolak bekerja sama dengan Musailamah Al-Kadzab untuk membunuh Nabi r Setiba di Madinah mereka mengikatnya di salah satu tiang masjid.

Setelah beberapa saat, orang-orang Muslim melepasnya. Lalu Tsumamah pergi ke sebuah kebun korma tak jauh dari masjid, lalu mandi dan kembali lagi untuk masuk Islam. Dia berkata, ”Demi Allah, sebelum ini tidak ada wajah yang paling kubenci di muka bumi ini selain wajahmu. Kini wajah yang paling kucintai adalah wajahmu. Demi Allah, sebelum ini tidak ada agama yang paling kubenci di muka bumi selain agamamu. Kini agama yang paling kucintai adalah agamamu. Aku ingin naik kuda milik engkau karena aku ingin melaksanakan umrah.” Lalu beliau pun memperkenankannya dan menyuruhnya melaksanakan umrah.

Perang Bani Lahyan

Bani Lahyan adalah yang pernah mengkhianati sepuluh sahabat dan membunuh mereka di Ar-Raji’. Karena tempat mereka yang masuk wilayah Hijaz dan berbatasan dengan Makkah, maka Nabi r tidak berniat untuk memasuki wilayah itu, karena posisi tempat mereka yang berdekatan dengan musuh terbesar. Ini terjadi sebelum meletus peperangan antara kaum Muslimin dan Quraisy serta beberapa kabilah Arab lainnya. Tapi setelah mental dan semangat pasukan musuh merosot serta membiarkan situasi berjalan serba mengambang tanpa ada ujungnya, maka sudah tiba saatnya bagi beliau untuk melancarkan balasan terhadap Bani Lahyan atas kematian para sahabat beliau di Ar-Raji’.

Pada bulan Rabi’ul-Awwal atau Jumadal-Ula 6 H, beliau pergi bersama dua ratus sahabat. Madinah diserahkan kepada Ibnu Ummi Maktum. Beliau membuat kamuflase, seakan-akan kepergian kali ini hendak menuju Syam, agar mereka lengah. Perjalanan dipercepat hingga tiba di Ghuran, suatu lembah yang terletak antara Amaj dan Usfan. Disitulah dulu para sahabat beliau dibunuh. Hati beliau merasa trenyuh atas nasib mereka lalu mendoakan mereka.

Bani Lahyan yang mendengar kedatangan beliau dan pasukan Muslimin, langsung melarikan diri ke puncak-puncak gunung. Tak seorang pun di antara mereka yang bisa tertangkap. Beliau menetap di perkampungan Bani Lahyan selama dua hari. Selama itu beliau mengutus beberapa orang untuk melakukan pengejaran, namun hasilnya nihil. Lalu beliau pergi ke Usfan dan mengutus sepuluh orang penunggang kuda untuk pergi ke Kura’ Al-Ghamim untuk mencari informasi tentang keadaan orang-orang Quraisy. Setelah itu beliau kembali lagi ke Madinah. Kepergian beliau ini selama empat belas hari.

Pengiriman Satuan-satuan Perang Berikutnya

Nama Satuan / Waktu Kejadian Jumlah Pasukan Kejadian Ringkas

Satuan Ukkasyah bin Mihshan / Rabi’ul Awwal 6 H.

Ukkasyah bersama 40 orang Satuan ini pergi ke Al-Ghamir, sebuah pangkalan air Bani Asad. Musuh kabur, pasukan Muslim mendapat rampasan 200 ekor onta, lalu dibawa ke Madinah

Satuan Muhammad bin Maslamah / Rabi’ul-Awwal atau Rabi’ul-Akhir

Beliau pergi ke Dzil-Qashshas bersama 10 orang.

Memasuki perkampungan Bani Tsa’labah dan membunuh 100 orang dari mereka yang sedang tidur. Tapi sebagian rekan Maslamah ada yang mendapat luka.

Satuan Abu Ubaidah bin Al-Jarah / Rabi’ul-Akhir 6 H.

Beliau pergi ke Dzil-Qashash bersama 40 orang

Abu Ubaidah dan pasukannya menyerang Bani Tsa’labah sehingga mereka lari ke puncak gunung. Mereka menawan salah seorang dari mereka, lalu dia masuk Islam. Rampasan hewan ternak cukup banyak.

Satuan Zaid bin Haritsah / Rabi’ul-Akhir 6 H.

Zaid dan pasukannya pergi ke Al-Janum

Al-Janum adalah pangkalan air milik Bani Sulaim di bilangan Marr Azh-Zhahran. Seorang wanita dari Muzainah yang bernama Halimah menunjukkan tempat Bani Sulaim.

Satuan Zaid bin Haritsah / Jumadil-Ula 6 H.

Bersama 170 orang pengendara menuju Al-Ish

Pasukan ini merampas kafilah dagang Quraisy yang dipimpin Abul-Ash, menantu Rasulullah. Zainab memohon untuk dikembalikan rampasan itu, Rasulullah menerima permintaan itu. Abul-Ash kemudian masuk Islam.

Satuan Zaid bin Haritsah / Jumadil-Akhirah 6 H.

Bersama 15 orang menuju Bani Tsa’labah

Melihat kedatangan pasukan Muslim, Bani Tsa’labah melarikan diri, karena takut yang datang Rasulullah. Pasukan Zaid mendapat rampasan 20 ekor onta dan kembali ke Madinah setelah 4 hari.

Satuan Zaid bin Haritsah / Rajab 6 H.

Bersama 12 orang menuju Wadil-Qura

Tujuannya untuk mencari informasi tentang kemungkinan gerakan musuh di sana. Penduduk Wadil-Qura menyerang pasukan Muslimin hingga ada 9 orang terbunuh dan 3 orang berhasil lolos, Zaid termasuk yang lolos.

Satuan Pasukan Al-Khabthu / Rajab 8 H., ada yang meyebut setelah Hudaibiyah

Sebanyak 300 pengendara, dipimpin Abu Ubaidah bin Al-Jarah

Tujuannya mengintai kafilah dagang Quraisy. Disebut Al-Khabtu karena pasukan kelaparan dan memakan pasir (khabtu).

Diringkas dari kitab ar-Rahiqul Makhtum, Sofiyyur Rahman Al-Mubarokfury

Leave a comment